Kesederhanaan

Hidup dalam sebuah kesederhanaan akan lebih terasa indah daripada hidup berlimpahkan materi.
Dari sebuah kesederhanaan itulah kita dapat mengerti bahwa segala sesuatu dilakukan dengan sebuah usaha tanpa mengandalkan fasilitas fasilitas mewah.

Teman yang sederhana lah yang dapat menjadi teman terbaik dalam hidup ini daripada harus dengan uang uang dan uang.
sederhana bersama orang orang terbaik dalam hidup masing masing kita sudah cukup untuk menjadi tempat juga teman hidup, tanpa materi kita juga bisa mendapatkan hidup layak dan bahagia. jadi janganlah hanya memanfaatkan materi karna materi itu dapat hilang dan musnah sewaktu waktu, tetapi kebersamaan dalam sebuah kesederhanaan itu luar biasa indah dan sulit untuk pudar.


Masa depan

Be A Candle Light


Ada sebuah cerita motivasi dibawah ini. Silahkan dibaca dan diambil kesimpulannya. Seorang pemuda tersesat saat ia melalui sebuah hutan lebat yang dipenuhi semak belukar. Lalu, ia dihadapkan dengan gajah besar yang mulai mengejar dirinya. Dia berlari terus dan akhirnya melihat sebuah sumur tua. Dia kemudian berpikir mungkin sumur tua tersebut adalah tempat yang aman baginya untuk bersembunyi. Dia mengintip kedalam dasar sumur tua tersebut dilihatnya ada seekor ular.
Karena tidak ada pilihan lain, makanya dia memilih bergelantungan sebentar pada akar tumbuhan berjalar sampai gajah itu pergi. Tak disangka ada dua ekor tikus (tikus berwarna putih dan hitam) mulai menggigiti akar tumbuhan berjalar tersebut, dia pun menjadi cemas karena tak ingin sampai jatuh ke dasar sumur dan juga dia belum bisa naik ke atas sumur karena masih ada gajah besar di sana.

Diatas sumur tersebut terdapat sebuah pohon, pada salah satu dahan pohon tersebut terdapat sarang lebah yang penuh madu. Madunya pun menetes jatuh ke muka pemuda tersebut. Si pemuda terlalu serakah dan dia mulai menikmati setiap tetesan madu yang jatuh. Lalu seorang pria pun melintas di dekat sumur tersebut dan mendengar suara dari dalam sumur, dia pun mendekat dan menawarkan bantuan pada pemuda tersebut untuk membantu mengeluarkannya dari sumur itu. Namun karena rasa madu tersebut yang begitu nikmat dia pun menolak bantuan dari pria tersebut dan juga mengabaikan keadaan berbahaya yang dia alami.


Dalam cerita diatas mungkin dapat kita uraikan sebagai berikut :
Gajah disini melambangkan kematian. Kematian selalu mengikuti kita dan membuat kita menjadi tidak bahagia. Kita sebagai seorang manusia selalu dikejar-kejar kematian. Kematian pun selalu ada disekeliling kita. Kalau kita ceroboh sedikit saja dapat berakibat fatal baik bagi masa depan kita maupun orang lain.
Maka dari itu peran gajah disini memotivasi kita untuk menghargai hidup kita ini dengan menjadi pelita bagi sesama. (Be a Light Candle For The Other)

Ular disini melambangkan usia tua. Lambat laun kita pasti akan menjadi tua. Sampai saat ini saja apakah semua harapan dan cita-cita kita buat masa depan kita telah dapat kita wujudkan?
Gag usah semua deh, didiskon ajah menjadi ¾ harapan atau mungkin ½ nya saja. Absolutely not, umur kita yang relatif masih muda adalah masa yang sangat krusial buat masa depan kita. Jika kita dapat mampu mewujudkan harapan pada saat kita masih muda, tentunya juga kita mempunyai banyak waktu untuk menikmatinya. Maka dari itu selagi masih muda, kita berusaha memotivasi diri sendiri menyicil sedikit demi sedikit pengalaman, kepandaian, dan kemampuan yang tentu akan menunjang kesuksesan masa depan kita.
Atau kita hanya dapat mengikuti jalannya waktu, dimana umur yang semakin bertambah tetapi tidak diselingi dengan bertambahnya pengalaman, kebijaksanaan, dan kepandaian..

Akar tanaman berjalar melambangkan kehidupan kita sebagai seorang manusia. Dimana kita juga akan mengalami ups and down ( kesenangan dan kesedihan)

Dua ekor Tikus menggambarkan siang dan malam. Dan dua ekor tikus yang menggerogoti akar tanaman tidak lain adalah laksana siang dan malam di dalam kehidupan manusia. Dari detik pertama kita dilahirkan ke dunia ini, pergantian siang dan malam terus memperpendek usia kita.

Pemuda ibarat seperti seseorang yang mempunyai peran penting dalam masa depan kita yang terkadang terlewatkan begitu saja. Seorang baik hati yang datang untuk memberikan bantuan,dorongan,amupun motivasi guna membawa kita ke jalan yang benar.
Atau mungkin dapat juga kita kategorikan peluang dalam hidup kita yang terbuang begitu saja. Yang peluang tersebut takkan terulang kembali.
Contoh : Peluang usaha menjanjikan yang sudah di depan mata seringkali kita abaikan. Kita lebih suka bersantai-santai dan bersenang-senang.
Ataupun peluang kita mendapatkan pasangan hidup yang cantik/ganteng tetapi kita lewatkan begitu saja karena kita tidak berani mengungkapkan dan melakukan follow up J

Madu adalah kesenangan duniawi yang terus menggoda kita. Dikategorikan menjadi 2 jenis madu.
Madu yang merusak dan madu yang menghambat.
Salah satu contoh madu yang merusak yaitu terjerumus kedalam narkotika. Sedangkan madu yang menghambat yaitu sifat malas yang ada pada setiap manusia.
Tentu saja dari cerita diatas si Pemuda akan dimakan oleh yang namanya usia. Saat dia sedang bersantai,berhura-hura yang kurang bermanfaat, disaat itu pula dia akan dimakan usia.

Dari cerita diatas memotivasi kita memanfaatkan waktu kita sebaik mungkin dengan kegiatan bermanfaat, memang benar jika kita masih muda maka masa depan kita masih panjang. Tapi apakah harapan orang tua kita yang ingin melihat anaknya sukses, bisa diiringi dengan kemalasan dan sifat suka menunda kita???
Tentu tidak karena semakin kita menunda maka semakin tua diri kita dan juga semakin tua orang tua kita.

Diposkan oleh William_Eight di 7:13 AM
Label: kesuksesan, Masa Depan, Renungan Motivasi

dalam cerita ini tidak semunya kita yakinkan adalah sebuah kebenaran tapi jadikan ini motivasi untuk menjalani hidup yang baik dan menjalani cara sehat demi meraih kesuksesan

hidup ini harus juga kitamanfaat kan dengan baik sebaik baiknya agar hari depan nanti tiada penyesalan akan segala sesutu yang merupakan kegagalan dalam hidup

cintai hidup dan semangat dengan menghadapi segala macam masalah dengan kekuatan diri agar manjadikan hidup ini menjadi anugrah yang luar biasa . .

Surga

surga adalah tempat yang indah ketika kita merasa betapa nikmat berklat dan anugrah yang kita dapat dalam hidup ini.

alangkah bahagia bila merasakan hidup tinggal dalam surga
surga adalah tempat indah yang telah disiapkan Tuhan kepada kita umatnya.

Banyak syarat untuk dapat pergi kesana, banyak hal yang harus dilakukan terlebih dahulu untuk dapat memasuki tempat itu.
Hidup baik lah yang bisa membuat kita tinggal disana. Sebuah anugrah yang luar biasa tempat itu..

Tinggi dan tak terlihat..
Sebuah cita cita besar dalam hidup untuk dapat berada di surga.. surga tempat yang paling indah bagi menusia kelak..


kematian

Mati bukan berarti segala sesuatu berakhir. Kita mati hanya proses pemindahan tempat
sesuai takdir yang telah ditentukan.kematian seseorang berbeda tergantung apa yang telah ditentukan dan proses yang dilakukan berbeda tergantung kepercayaan manusia

Kematian menurut Buddhis yang saya baca dari sebuah artikel yaitu berisi tentang :
Definisi kematian dalam Buddhis


Apa definisi ‘kematian’? Suatu pertanyaan sederhana yang kedengarannya sangat gampang untuk dijawab. Kalau seseorang tahu apa definisi ‘kehidupan’ , secara otomatis ia dapat mendefinisikan kematian. Sebab, definisi kematian tidak lain adalah kebalikan dari definisi kehidupan itu sendiri. Dalam kenyataan, definisi kematian jauh lebih pelik daripada yang diprakirakan oleh kebanyakan orang.

Selama berpuluh-puluh abad masyarakat umum terindoktrinasi oleh kepercayaan bahwa kehidupan adalah sesuatu yang dihembuskan oleh Tuhan ke dalam pernafasan. Pernafasan dianggap memegang peranan yang sangat penting. Tanpa adanya pernafasan, tak ada pula kehidupan. Melalui pernafasanlah, makhluk hidup di dunia ini memperoleh oksigen yang sangat dibutuhkan oleh seluruh organ –bahkan sel– dalam tubuh. Kalau tidak mendapatkan oksigen yang dipompakan dari paru paru, jantung akan berhenti berdetak yang berakibat pada terhentinya peredaran darah dalam tubuh. Apabila jantung dan paru-paru berhenti bekerja (cardio-pulmonary malfunction), otak yang berfungsi sebagai pusat pengaturan saraf (neurological function) niscaya akan mengalami kerusakan karena kekurangan oksigen. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, kerusakan ini berakibat fatal bagi keberlangsungan organisme dalam tubuh makhluk hidup, yakni kematian. Dari pengertian inilah kemudian didefinisikan bahwa kematian adalah terhentinya pernafasan (cessation of breathing). Definisi kematian ini pernah diakui serta diterima oleh masyarakat umum, kalangan medis maupun kaum agamawan di Barat.

Namun, pada pertengahan abad ke-20, tatkala ilmu pengetahuan serta teknologi mulai berkembang, definisi kematian itu dipertanyakan keabsahannya. Fungsi pernafasan alamiah dapat digantikan oleh alat pernafasan mekanis (respirator). Pernafasan tidak lagi secara mutlak identik dengan kehidupan. Gagal atau rusaknya sistem pernafasan alamiah tidaklah selamanya berarti maut atau kematian. Karena itu, definisi kematian perlu dirumuskan kembali sesuai dengan perkembangan zaman.

Ini berlatar-belakang pada penjabaran yang diberikan oleh ahli saraf di Perancis pada tahun 1958 tentang keadaan perbatasan antara hidup dan mati yang disebut coma dépassé [secara harfiah berarti keadaan melebihi pingsan]. Pasien-pasien itu seluruhnya menderita kerusakan otak (brain lesions) yang pokok, struktural, dan tak tersembuhkan; berada dalam keadaan pingsan (comatose), dan takmampu bernafas secara spontan. Mereka tidak hanya kehilangan kemampuan dalam menanggapi dunia luar, tetapi juga tidak lagi dapat mengendalikan lingkungan dalam tubuh mereka sendiri. Mereka tidak dapat mengatur suhu tubuh, mengendalikan tekanan darah, dan mengatur kecepatan detak jantung secara wajar. Mereka bahkan tidak dapat menahan cairan dalam tubuh, dan sebaliknya melimpahkan air kencing dalam jumlah yang sangat banyak. Organisme mereka secara keseluruhan boleh dikatakan telah berhenti berfungsi.

Selanjutnya, pada tahun 1968, panitia khusus Sekolah Medis Harvard menerbitkan sebuah laporan berjudul “Sebuah Definisi [Keadaan] Pingsan yang Takdapat Dibalikkan Kembali”. Di situ didaftarkan kriteria bagi pengenalan gejala kematian otak. Laporan ini secara jelas mengidentifikasi kematian otak (brain-death) sebagai kematian –meskipun tidak secara langsung menjabarkan apa itu yang dimaksud dengan kematian. Apabila seorang pasien telah berada dalam keadaan seperti itu, pencabutan alat pembantu pernafasan direstui karena ia secara medis telah dianggap mati.

Kegagalan kerja jantung dan paru-paru sangatlah mudah diketahui, namun tidaklah gampang untuk dapat memastikan kematian otak. Harus dilakukan pengamatan yang cermat atas rangkaian tanda-tanda kehidupan. Apakah seorang pasien sama sekali tidak menanggapi rangsangan (stimulation) apa pun? Dapatkah ia bernafas tanpa alat pembantu? Adakah pergerakan mata, penelanan atau batuk? Apakah alat pemantau gelombang otak (EEG: Electro-EncephaloGram) menunjukkan adanya bukti kegiatan elektrik yang datang dari otak? Adakah arus peredaran darah melalui otak? Jawaban negatif dari rentetan pertanyaan ini menunjukkan kematian otak. Namun, satu tanda saja tidaklah cukup untuk membenarkan anggapan demikian.

Walaupun kebanyakan pakar medis telah menyepakati definisi kematian otak, masih terdapat nuansa dalam rinciannya. Ada yang merujuk pada kerusakan otak secara keseluruhan (whole-brain), dan ada pula yang mengacu pada kerusakan otak di bagian yang berfungsi lebih tinggi (higher-brain). Namun, kriteria yang paling banyak dianut ialah kerusakan otak-pokok (brain-stem). Pada tahun 1973, dua ahli bedah saraf di Minneapolis mengidentifikasikan kematian otak-pokok sebagai suatu keadaan yang takmungkin dapat dikembalikan lagi. Pada tahun 1976 dan 1979, konferensi agung perguruan dan fakultas di Inggris menerbitkan suatu catatan penting dalam topik ini. Yang pertama menjabarkan ciri-ciri klinis atas kematian otak-pokok, sedangkan yang kedua mengidentifikasikan kematian otak-pokok sebagai kematian. Suatu panduan yang mirip dengan ini juga diterbitkan di Amerika Serikat pada tahun 1981. Opini serta praktek internasional pada dasarnya bergerak selaras dengan garisgaris ini –dalam menerima gagasan tentang kematian otak-pokok. Denmark adalah negara terakhir di Eropah yang mengabsahkan definisi kematian otak-pokok (1990).

Otak-pokok adalah suatu bagian yang berbentuk seperti ‘batang’ atau ‘tonggak’, yang berada di bagian dasar/bawah otak. Selain merupakan pusat jaringan saraf yang mengatur pernafasan, detak jantung dan tekanan darah, ini juga memegang peranan penting dalam mengelola kesiagaan [dalam membangkitkan kemampuan bagi kesadaran, misalnya].

Kerusakan pada bagian-bagian yang penting, walaupun kecil, dapat membuat seseorang berada dalam keadaan pingsan sepanjang waktu (permanent coma). Otak-pokok ini mempunyai peranan yang sangat penting atas bekerjanya otak besar dan otak kecil. Hampir semua pencerapan inderawi berjalan melintasi otak-pokok ini. Demikian pula perintah pergerakan serta percakapan, juga dikirimkan melaluinya. Tak berfungsinya otak-pokok berarti tidak adanya kegiatan-kegiatan bermakna pada bagian otak besar; tak ada ingatan, perasaan dan pemikiran; tak ada interaksi sosial terhadap keadaan lingkungan.

Selama beberapa dasawarsa belakangan ini, memang tidak ada gugatan yang bernilai atas definisi kematian yang didasarkan pada kerusakan atau kematian pada bagian otak. Namun, ini bukanlah berarti bahwa inilah definisi kematian ‘yang sesungguhnya’ dan akan dipakai untuk selamanya. Ilmu pengetahuan serta teknologi medis di masa depan mungkin mampu menggantikan fungsi kerja otak –apakah dengan mempergunakan peralatan mekanis/elektrik, melalui pembiakan jaringan otak(brain tissue) ataupun melalui pengarasan (clonning). Dengan begitu, kerusakan pada bagian otak tidaklah berarti maut atau kematian. Pada waktu itulah, suatu definisi yang baru atas kematian perlu dirumuskan lagi.

Apa definisi kematian dalam pandangan Agama Buddha? Apakah mempercayai definisi klasik yang merujuk pada pernafasan –yang telah luluh-lantak diterpa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi– ataukah mengikuti definisi modern yang mengacu pada fungsi kerja otak –yang masih meragukan ketelakannya dan menyimpan ketakpastian?

Dalam Kitab Milinda Pañhâ, Nâgasena Thera secara tegas menolak adanya roh(soul) dalam pernafasan. Penolakan ini diungkapkan oleh beliau kepada seorang menteri utusan Raja Milinda yang bernama Anantakâya. “Siapa sih gerangan Nâgasena itu,” tanya Anantakâya untuk memancing perdebatan.

Nâgasena Thera tidak menjawab pertanyaan ini secara langsung, tetapi justru balik bertanya: “Dalam pengertian Anda, siapakah Nâgasena itu?” Mulailah Anantakâya menyajikan pandangan sesatnya, “Roh, pernafasan masuk dan keluar, itulah yang saya maksud sebagai Nâgasena.” Nâgasena bertanya lebih lanjut: “Bagaimana seandainya nafas yang keluar dari tubuh tidak masuk kembali; apakah orang itu akan mati atau masih hidup?” Anantakâya menjawab, “Jika nafas yang keluar dari tubuh tidak masuk kembali, orang itu niscaya akan mati.” Nâgasena Thera menyanggah pendapat ini dengan membuat suatu perumpamaan yang gamblang: “Para peniup sangkalala atau terompet –yang sewaktu meniup sangkalala atau terompet, nafas yang terhembuskan tidak masuk kembali ke dalam tubuh–; mengapa mereka tidak mati?” Anantakâya berdiam diri karena tidak mampu menjawab pertanyaan ini.

Nâgasena Thera kemudian mewejangkan: “Tidak ada roh dalam pernafasan. Nafas keluar dan nafas masuk semata-mata hanyalah salah satu bagian dari kegiatan jasmaniah (kâyasaõkhâra). Pernafasan adalah unsur udara (vâyodhâtu) yang menghidupi tubuh jasmaniah; bukan kehidupan itu sendiri. Kehidupan itu terdiri atas lima kelompok, yakni: materi/bentuk, perasaan, ingatan, corak-corak batiniah, dan kesadaran. Pernafasan hanyalah salah satu bagian dari materi/bentuk (rûpa).”

Agama Buddha secara tegas menolak definisi kematian yang merujuk pada pernafasan. Apakah ini berarti Agama Buddha mengikuti definisi modern yang mengacu pada fungsi kerja otak? Jawabannya juga tidak. Definisi kematian dalam Agama Buddha tidak hanya sekadar ditentukan dari unsur-unsur jasmaniah –entah paru-paru, jantung ataupun otak.

Ketakberfungsian ketiga organ tubuh itu hanya merupakan ‘gejala’, ‘akibat’ atau ‘pertanda’ yang tampak dari kematian, bukan kematian itu sendiri. Faktor terpenting yang menentukan kematian ialah unsur-unsur batiniah suatu makhluk hidup. Walaupun organ-organ tertentu masih dapat berfungsi sebagaimana layaknya –secara alamiah ataupun melalui bantuan peralatan medis–, seseorang dapat dikatakan mati apabila kesadaran ajal (cuticitta) telah muncul dalam dirinya. Begitu muncul sesaat, kesadaran ajal akan langsung padam.

Kepadaman kesadaran ajal merupakan ‘the point of no return’ bagi suatu makhluk dalam kehidupan ini. Pada unsur-unsur jasmaniah, kematian ditandai dengan terputusnya kemampuan hidup (jîvitindriya). Inilah definisi kematian menurut pandangan Agama Buddha.

Ada tiga jenis kematian dalam Agama Buddha, yakni:
1. Khanika marana: Kematian atau kepadaman unsur-unsur batiniah dan jasmaniah pada tiap-tiap saat akhir (bhanga),

2. Sammuti-marana: Kematian makhluk hidup berdasarkan persepakatan umum yang dipakai oleh masyarakat dunia,

3. Samuccheda-marana: Kematian mutlak yang merupakan keterputusan daur penderitaan para Arahanta. Kematian(1) pada dasarnya diakibatkan oleh empat macam sebab, yaitu karena habisnya usia (âyukkhaya), karena habisnya akibat perbuatan penyebab kelahiran serta perbuatan pendukung (kammakkhaya)(2), karena habisnya usia serta akibat perbuatan (ubhayakkhaya), karena terputus oleh kecelakaan, bencana atau malapetaka (upacchedaka)(3). Empat sebab kematian ini dapat diumpamakan seperti empat sebab kepadaman pelita, yaitu karena habisnya sumbu, habisnya bahan bakar, habisnya sumbu serta bahan bakar, dan karena tertiup angin.

yang saya tangkap ialah kematian akan berbeda pengertian tergantung keyakinan kita dan cara pandang terhadap suatu hal

ilmu sosial

ilmu sosial adalah ilmu yang mempelajari tentang bagaimana kehidupan sosial kita dalam hidup berkelompok. kita hidup berdampingan antara satu dengan yang lainnya dengan sebuah interaksi agar dalam menjalani kehidupan dapat mengurangi beban dan menjadikan hidup ini terasa lengkap.

pengertian ilmu sosial yang dapat kita pahami menurut para ahli yaitu

1. Pitirim Sorokin

Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala sosial (misalnya gejala ekonomi, gejala keluarga, dan gejala moral), sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala non-sosial, dan yang terakhir, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial lain.
2. Roucek dan Warren

Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok.
3. William F. Ogburn dan Mayer F. Nimkopf

Sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya, yaitu organisasi sosial.
4. J.A.A Von Dorn dan C.J. Lammers

Sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang struktur-struktur dan proses-proses kemasyarakatan yang bersifat stabil.

5. Max Weber

Sosiologi adalah ilmu yang berupaya memahami tindakan-tindakan sosial.

6. Selo Sumardjan dan Soelaeman Soemardi

Sosiologi adalah ilmu kemasyarakatan yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial termasuk perubahan sosial.
7. Paul B. Horton

Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan penelaahan pada kehidupan kelompok dan produk kehidupan kelompok tersebut.
8. Soejono Sukamto

Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan perhatian pada segi-segi kemasyarakatan yang bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum kehidupan masyarakat.
9. William Kornblum

Sosiologi adalah suatu upaya ilmiah untuk mempelajari masyarakat dan perilaku sosial anggotanya dan menjadikan masyarakat yang bersangkutan dalam berbagai kelompok dan kondisi.
10. Allan Jhonson

Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan dan perilaku, terutama dalam kaitannya dengan suatu sistem sosial dan bagaimana sistem tersebut mempengaruhi orang dan bagaimana pula orang yang terlibat didalamnya mempengaruhi sistem tersebut.

11. Emile Durkheim

Sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari fakta-fakta sosial, yakni fakta yang mengandung cara bertindak, berpikir, berperasaan yang berada di luar individu di mana fakta-fakta tersebut memiliki kekuatan untuk mengendalikan individu.

Selain itu ada juga beberapa definisi Sosiologi di bidang pendidikan menurut para ahli:

1. F.G. Robbins, sosiologi pendidikan adalah sosiologi khusus yang tugasnya menyelidiki struktur dan dinamika proses pendidikan. Struktur mengandung pengertian teori dan filsafat pendidikan, sistem kebudayaan, struktur kepribadian dan hubungan kesemuanya dengantata sosial masyarakat. Sedangkan dinamika yakni proses sosial dan kultural, proses perkembangan kepribadian,dan hubungan kesemuanya dengan proses pendidikan.

2. H.P. Fairchild dalam bukunya ”Dictionary of Sociology” dikatakan bahwa sosiologi pendidikan adalah sosiologi yang diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan yang fundamental. Jadi ia tergolong applied sociology.

3. Prof. DR S. Nasution,M.A., Sosiologi Pendidikan adalah ilmu yang berusaha untuk mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk mengembangkan kepribadian individu agar lebih baik.

4. F.G Robbins dan Brown, Sosiologi Pendidikan ialah ilmu yang membicarakan dan menjelaskan hubungan-hubungan sosial yang mempengaruhi individu untuk mendapatkan serta mengorganisasi pengalaman. Sosiologi pendidikan mempelajari kelakuan sosial serta prinsip-prinsip untuk mengontrolnya.

5. E.G Payne, Sosiologi Pendidikan ialah studi yang komprehensif tentang segala aspek pendidikan dari segi ilmu sosiologi yang diterapkan.

6. Drs. Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan ialah ilmu pengetahuan yang berusaha memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan analisis atau pendekatan sosiologis.
(www.google.com)

dari pengertian ini kita dapat memahami pentingnya kita hidup secara berdampingan yang berfungsi sebagai pelengkap hidup

hidup

Hidup adalah anugrah yang diberikan Tuhan kapada kita, anugrah yang luar biasa untuk dapat menikmati indahnya dunia yang telah diciptakan-Nya. Dalam hidup ini penuh dengan rahasia untuk dapat mengerti maksud dan tujuan kita untuk hidup.
Mengawali hidup dari awal kita dilahirkan oleh orang tua kita tumbuh oloeh karna kasih sayang mereka hingga menjadi anak remaja dan akan tumbuh dan tumbuh terus . Tujuan hidup kita juga bagaimana kita tumbuh bersama sama oraqng lain dan hidup bersama, bersaudara dan menjalani hidup secara berdampingan satu dengan yang lain.
Kehidupan ini merupakan sesuatu titipan Tuhan untuk kita dapat menjaga bumi ini dan juga merawatnya. Dari itu semua ada rencana yang indah dalam diri masing masing indivu dari Tuhan, hanya tinggal apakah kita telah menjalani nya dengan baik? Atau tidak? Itu semua akan terjawab tergantung bagaimana kita menjalani hidup ini. Jalan yang baik akan mendapatkan apa yang telah dikerjakan dalam hidup baik tersebut, dan sebaliknya akan berantakan bila hidup ini diisi dengan hal hal yang negative.
Hidup akan menjadi suatu anugrah apabila kita menjalani dengan baik dan merasakan betul indahnya hidup ini dengan berbagai hal hal didalamnya. Kita dapat mengisa hidup dengan berbagai macam hal agar tak terasa datar dan begitu saja. Hidup lah dengan cita dan kasih saying makla akan menjadi indah pada waktunya.
Tuhan baik dangan rencana Nya yang indah bagi kita akan hidup ini. Hidup darinya adalah tanggung jawab besar hingga saatnya nanti kambali pada Nya . warnai hidup dengan hal yang indah maka hidup akan segar dan penuh berkat dan menjadi anugrah yang terasa begitu indah.

Search Blog

Profil

Foto Saya
Alexander Fransiskus
Simple is Beautiful
Lihat profil lengkapku

My Quotes

You are loved more than you know, by someone who died to know you. Romans 5:8

Followers