BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penulisan ini dilatar belakangi oleh kewajiban mahasiswa untuk membahas masalah
Penalaran, Inferensi dan Evidensi agar setiap mahasiswa, bahkan masyarakat luas
mampu memahami dan mendalami dengan baik hal-hal yang berkaitan dengan bahasa
Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian, metode dan jenis-jenis
Penalaran ?
2. Apakah pengertian dan jenis-jenis inferensi ?
3. Apakah pengertian Evidensi ?
1.3 Manfaat Tulisan
Agar masyarakat terutama mahasiswa dan pelajar
lainnya memahami dengan benar tentang Penalaran, Inferensi dan Evidensi.
BAB II
ISI / PEMBAHASAN
2.1
Penalaran
Penalaran
adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan
empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan
pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang
sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar,
orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui.
Proses inilah yang disebut menalar.
Dalam
penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan
hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence).
2.1.1
Metode dalam menalar
*
Metode induktif
Metode
berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak
dari hal-hal khusus ke umum. Hukum yang disimpulkan difenomena yang diselidiki
berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti. Generalisasi
adalah bentuk dari metode berpikir induktif. Contoh:
Jika dipanaskan, besi memuai.
Jika dipanaskan, tembaga memuai.
Jika dipanaskan, emas memuai.
Jika dipanaskan, platina memuai.
∴
Jika dipanaskan, logam memuai.
Jika ada udara, manusia akan hidup.
Jika ada udara, hewan akan hidup.
Jika ada udara, tumbuhan akan hidup.
∴
Jika ada udara mahkluk hidup akan hidup.
* Jenis- jenis penalaran induktif :
* Generalisasi
Generalisasi
adalah proses penalaran berdasarkan pengamata atas sejumlah
gejala(data) yang bersifat khusus, serupa,sejenis
yang disusun secara logis dan diakhiri dengan kesimpulan yang bersifat umum.
Contoh :
1. Susi
Susanti adalah pemain bulu tangkis berskill tinggi
2. Alan
Kusuma adalah pemain bulu tangkis berskill tinggi.
Generalisasi : Semua pemain bulu tangkis Indonesia
berskill tinggi. Pernyataan “Semua pemain bulu tangkis Indonesia berskill
tinggi” hanya memiliki kebenaran probabilitas karena belum pernah diselidiki
kebenarannya.
* Macam- macam Generalisasi :
- Generalisasi sempurna / Tanpa loncatan induktif
Sebuah
generalisasi bila fakta-fakta yang diberikan cukup banyak dan menyakinkan,
sehingga tidak terdapat peluang untuk menyerang kembali.
Contoh:
Untuk menyelidiki
bagaimana sifat-sifat orang Asing pada umumnya, diperlukan ratusan fenomena
untuk menyimpulkannya.
Generalisasi
tidak sempurna/Loncatan induktif
- Generalisasi yang bersifat loncatan
induktif tetap bertolak dari beberapa fakta, namun fakta yang digunakan belum
mencerminkan seluruh fenomena yang ada. Namun fakta-fakta tersebut atau
proposisi yang digunakan itu kemudian dianggap sudah mewakili seluruh persoalan
yang diajukan.
Contoh:
Bila ahli-ahli
filologi Eropa berdasarkan pengamatan mereka mengenai bahasa-bahasa Ido-German
kemudian menarik suatu kesimpulan bahwa di dunia terdapat 3.000 bahasa.
*
Analogi
Analogi
adalah proses penyimpulan berdasarkan kesamaan data atau fakta. Analogi dapat
juga dikatakan sebagai proses membandingkan dari dua hal yang berlainan
berdasarkan kesamaannya, kemudian berdasarkan kesamaannya itu ditarik suatu
kesimpulan.
Contoh:
Adelina
adalah lulusan kedokteran Universitas Indonesia.
Adelina
dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
Fikri
muchtar adalah lulusan kedokteran Universitas Indonesia.
Oleh sebab
itu, Fikri Muchtar dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
-
Tujuan penalaran secara analogi adalah sebagai
berikut :
1) Analogi dilakukan untuk meramalkan kesamaan.
2) Analogi dilakukan untuk menyingkapkan kekeliruan.
3) Analogi digunakan untuk menyusun klasifikasi.
* Sebab Akibat (Kausal)
Kasual adalah paragraf yang dimulai dengan
mengemukakan fakta khusus yang menjadi sebab, dan sampai pada simpulan yang
menjadi akibat.
Contoh :
Ketika pulang dari pasar, Ibu Aminah melihat tanah
di halamannya becek, ibu langsung menyimpulkan bahwa kain jemuran di belakang
rumahnya pasti basah. Dalam kasus itu penyebabnya tidak ditampilkan yaitu hari
hujan.
- Tujuan
kausal terdapat dalam hubungan kausal, dapat berlangsung dalam tiga pola :
a.Sebab-akibat
Sebab akibat ini berpola A menyebabkan B. Di samping ini pola seperti ini juga
dapat menyebabkan B, C, D dan seterusnya. Jadi, efek dari suatu peristiwa yang
dianggap penyebab kadang-kadang lebih dari satu.
Dalam kaitannya dengan hubungan kausal ini, diperlukan kemampuan penalaran
seseorang untuk mendapatkan simpulan penalaran. Hal ini akan terlihat pada
suatu penyebab yang tidak jelas terhadap suatu akibat yang nyata.
b.Akibat-sebab
Akibat sebab ini dapat kita lihat pada peristiwa seseorang yang pergi ke
dokter. Ke dokter merupakan akibat dan sakit merupakan sebab. Jadi hampir mirip
dengan entimen. Akan tetapi dalam penalaran jenis akibat sebab ini, Peristiwa sebab
merupakan simpulan.
c.Akibat-akibat Akibat-akibat
adalah
suatu penalaran yang menyiratkan penyebabnya. Peristiwa “akibat” langsung
disimpulkan pada suatu akibat yang lain
*
Metode deduktif
Metode
berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum
terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang
khusus.
Contoh:
Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah
kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang
menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status
sosial.
* Jenis-jenis Penalaran Deduktif
:
1.Silogisme
Silogisme
merupakan proses penalaran di mana dari dua proposisi (sebagai premis)
ditarik suatu proposisi baru (berupa konklusi).
Bentuk
silogisme :
1. Silogisme
kategoris : terdiri dari proposisi-proposisi kategoris.
2. Silogisme
hipotesis : salah satu proposisinya berupa proposisi hipotesis.
Misalnya :
Premis 1 : Bila hujan, maka jalanan
basah
Premis 2 : Sekarang hujan
Konklusi : Maka jalanan basah.
Bandingkan dengan jalan pikiran
berikut :
Premis 1 : Bila hujan, maka jalanan
basah
Premis 2 : Sekarang jalanan basah
Konklusi : Maka hujan.
2.Silogisme Standar
Silogisme kategoris standar = proses
logis yang terdiri dari tiga proposisi kategoris.
Proposisi 1 dan 2 adalah premis.
Proposisi 3 adalah konklusi
Contoh: Semua pahlawan adalah orang
berjasa Kartini adalah pahlawan
Jadi : Kartini adalah orang berjasa.
2.2 Inferensi
Sebuah
pekerjaan bagai pendengar (pembaca) yang selalu terlibat dalam tindak tutur
selalu harus siap dilaksanakan ialah inferensi. Inferensi dilakukan untuk
sampai pada suatu penafsiran makna tentang ungkapan-ungkapan yang diterima dan
pembicara atau (penulis). Dalam keadaan bagaimanapun seorang pendengar
(pembaca) mengadakan inferensi. Pengertian inferensi yang umum ialah proses
yang harus dilakukan pembaca (pendengar) untuk melalui makna harfiah tentang
apa yang ditulis (diucapkan) samapai pada yang diinginkan oleh saorang penulis
(pembicara).
Inferensi
atau kesimpulan sering harus dibuat sendiri oleh pendengar atau pembicara
karena dia tidak mengetahui apa makna yang sebenarnya yang dimaksudkan oleh
pembicara/penulis. Karena jalan pikiran pembicara mungkin saja berbeda dengan jalan
pikiran pendengar, mungkin saja kesimpulan pendengar meleset atau bahkan salah
sama sekali. Apabila ini terjadi maka pendengar harus membuat inferensi lagi.
Inferensi terjadi jika proses yang harus dilakukan oleh pendengar atau pembaca
untuk memahami makna yang secara harfiah tidak terdapat pada tuturan yang
diungkapkan oleh pembicara atau penulis. Pendengar atau pembaca dituntut untuk
mampu memahami informasi (maksud) pembicara atau penulis.
Inferensi
adalah membuat simpulan berdasarkan ungkapan dan konteks penggunaannya. Dalam
membuat inferensi perlu dipertimbangkan implikatur. Implikatur adalah makna
tidak langsung atau makna tersirat yang ditimbulkan oleh apa yang terkatakan
(eksplikatur). Untuk menarik sebuah kesimpulan (inferensi) perlu kita mengetahui
jenis-jenis inferensi, antara lian;
2.2.1
Inferensi Langsung
Inferensi yang kesimpulannya ditarik dari hanya satu premis
(proposisi yang digunakan untuk penarikan kesimpulan). Konklusi yang ditarik
tidak boleh lebih luas dari premisnya.
Contoh:
Bu,
besok temanku berulang tahun. Saya diundang makan malam. Tapi saya tidak punya
baju baru, kadonya lagi belum ada”.
Maka inferensi
dari ungkapan tersebut: bahwa tidak bisa pergi ke ulang tahun temanya.
Contoh:
Pohon yang
di tanam pak Budi setahun lalu hidup.
dari
premis tersebut dapat kita lansung menari kesimpulan (inferensi) bahwa: pohon
yang ditanam pak budi setahun yang lalu tidak mati.
2.2.2
Inferensi Tak Langsung
Inferensi yang
kesimpulannya ditarik dari dua / lebih premis. Proses akal budi membentuk
sebuah proposisi baru atas dasar penggabungan proposisi-preposisi lama.
Contoh:
A : Anak-anak begitu gembira ketika
ibu memberikan bekal makanan.
B : Sayang gudegnya agak sedikit saya bawa.
Inferensi
yang menjembatani kedua ujaran tersebut misalnya (C) berikut ini.
C : Bekal yang dibawa ibu lauknya gudek komplit.
Contoh
yang lain;
A :
Saya melihat ke dalam kamar itu.
B :
Plafonnya sangat tinggi. Sebagai missing link diberikan inferensi, misalnya:
C:
kamar itu memiliki plafon
2.3 Evidensi
Pada hakikatnya evidensi adalah semua yang ada semua kesaksian,semua
informasi,atau autoritas yang dihubungkan untuk membuktikan suatu kebenaran,
fakta dalam kedudukan sebagai evidensi tidak boleh dicampur adukan dengan apa
yang di kenal sebagai pernyataan atau penegasan. Dalam wujud yang paling
rendah. Evidensi itu berbentuk data atau informasi. Yang di maksud dengan data
atau informasi adlah bahan keterangan yang di peroleh dari suatu sumber
tertentu.
Cara mrnguji data :
Data dan informasi yang di gunakan dalam penalaran harus merupakan fakta. Oleh
karena itu perlu diadakan pengujian melalui cara-cara tertentu sehingga
bahan-bahan yang merupakan fakta itu siap di gunakan sebagai evidensi. Di bawah
ini beberapa cara yang dapat di gunakan untuk pengujian tersebut.
1.Observasi
2.Kesaksian
3.Autoritas
Cara menguji fakta
Untuk menetapkan apakah data atau informasi yang kita peroleh itu merupakan
fakta,maka harus diadakan penilaian. Penilaian tersebut baru merupakan
penilitian tingkat pertama untuk mendapatkan keyakinan bahwa semua bahan itu
adalah fakta, sesudah itu pengarang atau penulis harus mengadakan penilaian
tingkat kedua yaitu dari semua fakta tersebut dapat digunakan sehingga
benar-benar memperkuat kesimpulan yang akan diambil.
1.Konsistensi
2.Koherensi
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penalaran adalah sebuah proses berpikir untuk mencapai suatu
kesimpulan yang logis dengan mengumpulkan fakta-fakta. Ada dua jenis
metode dalam menalar yaitu induktif
dan deduktif.
Inferensi adalah membuat simpulan
berdasarkan ungkapan dan konteks penggunaannya. Terdapat dua jenis inferensi
yaitu, inferensi langsung dan tidak langsung
Evidensi
adalah semua fakta yang ada, semua kesaksian, semua informasi, atau
autoritas yang dihubungkan untuk membuktikan suatu kebenaran.
3.2 Saran
Semoga dengan penulisan tentang
Penalaran, Inferensi dan Evidensi ini dapat menambah wawasan kita tentang
masalah teoritis dalam berbahasa Indonesia. Dengan banyak belajar, membaca dan
memahami berbagai sumber sumber yang ada kita juga harus mampu menjadi lebih
baik dalam bertutur kata agar dapat menjunjung tinggi ajaran bahasa indonesia
yang baik dan benar.
DAFTAR
PUSTAKA